BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Surat
Yusuf ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah sebelum hijrah. Surat ini dinamakan surat Yusuf adalah karena titik berat dari isinya
mengenai riwayat Nabi Yusuf a.s. Riwayat tersebut salah satu di antara
cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai
mukjizat bagi beliau, sedang beliau sebelum diturunkan surat ini tidak
mengetahuinya. Menurut riwayat Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail bahwa segolongan orang Yahudi masuk
agama Islam sesudah mereka mendengar cerita Yusuf a.s. ini, karena sesuai
dengan cerita-cerita yang mereka ketahui. Dari cerita Yusuf a.s. ini, Nabi
Muhammad s.a.w. mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan
penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugasnya.
Pokok-pokok isinya:
1.
Keimanan:
Kenabian
Yusuf a.s. dan mukjizat-mukjizatnya; ketentuan yang berhubungan dengan
keagamaan adalah hak Allah semata-mata; qadha Allah tak dapat dirobah; para
rasul semuanya laki-laki.
2.
Hukum-hukum:
Keharusan
merahasiakan sesuatu untuk menghindari fitnah; barang dan anak temuan wajib
dipungut tidak boleh dibiarkan; boleh melakukan helah yang tidak merugikan
orang lain untuk memperoleh sesuatu kemaslahatan.
3.
Kisah-kisah:
Riwayat
Nabi Yusuf a.s. bersaudara dengan orang tua mereka Ya’qub a.s.
4.
Dan
lain-lain:
Beberapa
sifat dan suri tauladan yang mulia yang dapat diambil dari cerita Yusuf a.s:
persamaan antara agama para nabi-nabi ialah tauhid.
Surat
Yusuf ini seluruh isinya berkisar pada cerita Nabi Yusuf a.s. dan
saudara-saudaranya beserta orang tua mereka. Cara penuturan kisah Nabi Yusuf
ini kepada Nabi Muhammad s.a.w. berbeda dengan kisah-kisah nabi-nabi yang lain,
yaitu kisah Nabi Yusuf a.s. ini khusus diceritakan dalam satu surat sedang
kisah-kisah nabi-nabi yang lain disebutkan dalam beberapa surat. Isi dari kisah
Nabi Yusuf a.s. ini berlainan pula dengan kisah-kisah nabi-nabi yang lain.
Dalam kisah nabi-nabi yang lain Allah menitik beratkan kepada tantangan yang bermacam-macam
dari kaum mereka, kemudian mengakhiri kisah itu dengan kemusnahan para
penantang para nabi itu. Didalam kisah Nabi Yusuf a.s ini, Allah s.w.t.
menonjolkan akibat yang baik daripada kesabaran, dan bahwa kesenangan itu
datangnya sesudah penderitaan. Allah menguji Nabi Ya’qub a.s. dengan kehilangan
puteranya Yusuf a.s. dan penglihatannya, dan menguji ketabahan dan kesabaran
Yusuf a.s. dengan dipisahkan dari ibu bapanya, dibuang ke dalam sumur, dan
diperdagangkan sebagai budak. Kemudian Allah s.w.t menguji imannya dengan
godaan wanita cantik lagi bangsawan dan akhirnya dimasukkan kedalam penjara.
Kemudian Allah s.w.t. melepaskan Yusuf a.s. dan ayahnya dari segala penderitaan
dan cobaan itu; menghimpunkan mereka kembali; mangembalikan penglihatan Ya’qub
a.s. dan menghidupkan lagi cinta kasih antara mereka dengan Yusuf a.s.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Munasabah
Surat Yusuf Antara Ayat dengan Ayat
Dalam Surat Yusuf ayat 4 Allah berfirman:
øÎ) tA$s% ß#ßqã ÏmÎ/L{ ÏMt/r'¯»t ÎoTÎ) àM÷r&u ytnr& u|³tã $Y6x.öqx. }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur öNåkçJ÷r&u Í< úïÏÉf»y ÇÍÈ
Artinya: (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai
ayahku , sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."(QS. Yusuf 4)
Setelah
Allah Ta’ala memuji kisah-kisah yang terkandung di dalam Al Quran, bahwasannya
di dalamnya terkandung kisah-kisah terbaik di mana tidak dapat ditemui satu
kisah pun yang semisal dengan apa yang dimiliki Al Quran, maka kemudian Allah
menceritakan kisah Nabi Yusuf beserta bapak dan saudara-saudaranya, sebuah
kisah yang bagus lagi menakjubkan.
Firman
Allah : { إِذْ قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ } [(ingatlah),
ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya] yaitu Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim al
Khalil (kekasih Allah) ‘alaihimus shalatu was salam.
{ يَا أَبَتِ إِنِّي
رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي
سَاجِدِينَ } [Wahai ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku]
maka mimpi Yusuf ‘alaihis salam ini adalah sebuah permulaan dari apa yang akan
dicapai olehnya, yaitu kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat.
Demikianlah
apabila Allah menghendaki sesuatu yang agung maka Dia awali dengan sebuah
mukaddimah/ pendahuluan yang berfungsi sebagai persiapan dan kemudahan urusan,
persiapan bagi hambaNya untuk menghadapai berbagai kesulitan, sebagai bentuk
kelembutan dan kebaikan terhadap hambaNya.
Maka Allah memulakan dengan Ya’qub, bahwa
matahari adalah ibunda (Yusuf), rembulan adalah ayahandanya, dan
bintang-bintang adalah saudara-saudaranya. Dan bahwa dengannya keadaan akan
berubah di mana mereka akan tunduk merendahkan diri kepadanya, dan sujud
kepadanya sebagai tanda pemuliaan dan pengagungan. Dan Bahwasannya semua itu
tidak terjadi melainkan dengan sebab pendahuluan berupa pilihan Allah Ta’ala
kepada Yusuf serta kesempurnaan nikmat dariNya berupa ilmu, amal dan kedudukan
di muka bumi. Nikmat ini meliputi seluruh keluarga Ya’qub ‘alaihis salam yang
telah sujud (menghormati) mengikuti Yusuf ‘alaihis salam.
1.
Munasabah Surat Yusuf ayat 4 dengan ayat sebelumnya (1-3)
!9# 4
y7ù=Ï? àM»t#uä É=»tGÅ3ø9$# ÈûüÎ7ßJø9$# ÇÊÈ !$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
Artinya: Alif, laam, raa.
ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya
adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
Ayat ini sangat
berkaitan erat dengan ayat yang ke-4. Adapun Asbabun Nuzulnya adalah:
1. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari
Ibnu Abbas mengatakan, para sahabat berkata kepada Rosulullah SAW: “ Wahai
Rosulullah, kami mohon engkau bercerita kepada kami! Maka turunlah ayat:
“ Nahnu Naqussu ‘alika ahsanal Qososi” beliau juga meriwayatkan dari Mus’ab
bin Said, dari Ayahnya ia berkata: “ Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, maka dibacakan kepada mereka beberapa waktu lamanya. Kemudian mereka
berkata kepada beliau:”Ya Rosulullah sekiranya engkau bercerita kepada kami?
Maka Allah menurunkan ayat pertama dan kedua dari surat Yusuf ini, lalu
dibacakan kepada mereka berapa lamanya. Merekapun mengharap agar Rosulullah
memberitakan kepada mereka. Kemudian Allah menurunkan ayat: “ Allahu nazzala
ahsanal hadits” (QS: Az-Zumar: 23 )dan seterusnya.
2. Al-hakim meriwayatkan hadits serupa. Dari ishak bin
Rohuyah dari ‘Amr bin Muhammad al-Quraisyi al-Manqory. Ibnu Jarir juga
meriwayatkan dengan sanad dari al-Mas’udi dari ‘Aun bin Abdullah ia berkata: “
Setelah para sahabat Rosulullah merasa bosan, maka mereka berkata: “ Wahai
Rosulullah, turunkanlah kepada kami sebuah hadits, “ kemudian Allah menurunkan
ayat: “Allahu nazzala ahsanal hadits” (QS: Az-Zumar: 23)
Kemudian mereka kembali merasa bosan dan memohon agar Rosulullah menurunkan
apa yang lebih tinggi dari dari pada hadits tetapi dibawah Al-Qur’an, yang
mereka maksudkan adalah kisah-kisah. Maka Allah menurunkan “ QS: Yusuf 1-3.
Ketika mereka menginginkan hadits, maka Allah menunjukkan mereka kepada
sebaik-baik hadits. Dan ketika mereka menginginkan cerita , maka Allah
menunjukan kepada mereka sebaik baik cerita.
2.
Munasabah Surat Yusuf
ayat 4 dengan ayat sesudahnya
Allah berfirman
mengabarkan kepada apa yang dikatakan oleh Ya’qub kepada putranya Yusuf, ketika
ia menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi yang ta’birnya tentang
tunduknya saudara-saudara Yusuf, dan pengagungan mereka kepadanya secara
berlebihan, dimana mereka besujud untuk mengagungkan dan menghormati, dan
memuliakannya. Maka Ya’qub khawatir jika mimpi itu diceritakan kepada salah
seorang saudaranya yang akan membuat mereka merasa dengki kepadanya, serta
berusaha mencelakakannya karena kedengkian tersebut. Oleh karena itu, ia mengatakan:
tA$s% ¢Óo_ç6»t w óÈÝÁø)s? x8$töäâ #n?tã y7Ï?uq÷zÎ) (#rßÅ3usù y7s9 #´øx. (
Artinya: Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu
ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu.
Karena dinyatakan dalam sebuah hadits, bahwa Rosulullah SAW bersabda:
“ Apabila salah seorang diantara kalian melihat sesuatu hal yang
menyenangkan dalam mimpi, maka ceritakanlah hal itu, dan apabila melihat apa
yang dibencinya dalam mimpi, maka berbaliklah kesisi yang lain dan meludahlah
kesebelah kiri tiga kali, lalu memohonlah perlindungan kepada Allah, dari
kejahatannya dan janganlah menceritakan kepada orang lain, karena mimpi itu
tidak akan membahayakannya.”(HR. Abu Dawud no: 5021, Ibnu Majah no: 3908-3901,
dan Imam Ahmad dari Abu Qotadah)
B. Munasabah Surat dengan Surat
1.
Munasabah Surat Yusuf dengan Surat Huud
Surat
Hud mengandung hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama, seperti:
Ketauhidan, kerasulan, hari berbangkit, kemudian dihubungkan dengan da'wah yang
telah dilakukan oleh para Nabi kepada kaumnya.
Ø
Kedua surat ini
sama-sama dimulai dengan aliif laam raa dan kemudian diiringi dengan penjelasan
tentang Al Quran.
Ø
Surat Yusuf
menyempurnakan penjelasan kisah para rasul yang disebut dalam surat Hud dan
surat Yusuf, kemudian kisah itu dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa Al Quran
itu adalah wahyu Ilahi; tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad s.a.w. nabi-nabi
atau rasul-rasul yang diutus Allah.
Ø Perbedaan
kedua surat ini dalam menjelaskan kisah-kisah para Nabi ialah bahwa dalam surat
Hud diutarakan kisah beberapa orang rasul dengan kaumnya dalam menyampaikan
risalahnya, akibat-akibat bagi orang yang mengikuti mereka dan akibat bagi
orang yang mendustakan, kemudian dijadikan perbandingan dan khabar yang
mengancam kaum musyrikin Arab beserta pengikut-pengikutnya. Dalam surat Yusuf
diterangkan tentang kehidupan Nabi Yusuf yang mula-mula dianiaya oleh
saudara-saudaranya yang kemudian menjadi orang yang berkuasa yang dapat
menolong saudara-saudaranya dan ibu bapanya. Pribadi Nabi Yusuf a.s. ini harus
dijadikan teladan oleh semua yang beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w.
2.
Munasabah Surat Yusuf dengan Surat Ar Ra’d
Munasabah (hubungan)
surat ini dengan surat sebelumnya (QS. Yûsuf). Pada surat sebelumnya,
Yusuf ‘alaihissalam menyebutkan persoalan akidah tauhid secara
global, yaitu pada firman Allah subhanahu wa ta’ala:
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ
خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Artinya: Hai kedua
penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu
ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (QS. Yûsuf: 39).
Sedangkan di dalam
Surat Ar Ra’du, Yusuf berupaya menjelaskan akidah dengan dalil-dalil bukti dan
contoh yang jelas.
Di dalam surat Yusuf
menjelaskan pribadi saudara-saudara Yusuf dan akhlak yang mendorong mereka
untuk berbuat tak baik kepada Yusuf. Kemudian menceritakan tobat mereka dan
kerelaan Yusuf untuk menerima mereka serta permohonan ampun sang ayah untuk
mereka. Sedangkan di dalam surat Ar Ra’du, Allah subhanahu wa ta’ala mengulas
secara panjang lebar tentang akhlak orang-orang mukmin, seolah-olah memperkuat
apa yang telah disebutkan dan dijelaskan pada surat Yusuf.
Isi surat Yusuf memberi
isyarat global kepada ayat-ayat kauniyah yang menakjubkan, sekalipun banyak
orang yang memungkirinya dan tidak mau memandangnya. Hal ini terdapat dalam
ayat:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
Artinya: Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan
Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling
dari padanya (QS. Yûsuf [12]: 105)
Sementara di dalam
Surat Ar Ra’du Allah subhanahu wa ta’ala memperinci perkara
yang global tersebut. Dia menyebutkan ayat-ayat-Nya di langit, di bumi,
matahari, bulan, siang, malam, air, tumbuh-tumbuhan, halilintar, petir, dan
lain-lain, sehingga penglihatan yang cerdas dapat memahaminya dengan baik dan
hati yang lupa dapat tergugah untuk menganalisisnya.
Surat Yusuf mengandung
penjelasan dan perincian tentang apa yang telah diperbuat orang-orang Yahudi
dan Nasrani, mereka adalah anak-anak Yakub; kemudian menutup dengan ungkapan
bahwa di dalam cerita mereka dan para nabi Allah terdapat ibrah yang baik bagi
orang-orang yang berpikir. Pembuka Surat Ar Ra’du memperkuat semua ini, yaitu
firman Allah subhanahu wa ta’ala:
سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ
بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ
Artinya: Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang
merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan
siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di
siang hari” (QS.Ar Ra’du:10)
Dengan menjelaskan
bahwa dakwah ini bukanlah bid’ah atau menyimpang dari manhaj dakwah para rasul,
maka hubungannya dengan Surat Ar Ra’du adalah bahwa di ujung Surat Ar Ra’du
terdapat penjelasan tentang dakwah yang mulia ini, yaitu di dalam firman-Nya,
وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَفْرَحُونَ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمِنَ الأحْزَابِ مَنْ يُنْكِرُ بَعْضَهُ قُلْ إِنَّمَا
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلا أُشْرِكَ بِهِ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ
مَآبِ
Artinya: Orang-orang
yang telah Kami berikan kitab kepada merekabergembira dengan kitab yang
diturunkan kepadamu, dan diantara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang
bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah “Sesungguhnya aku
hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun
dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” (QS.
Ar Ra’du: 36)
Kemudian disebutkan
setelahnya, sisi lain dari urusan-urusan para rasul sebelumnya. Hal ini untuk
menjelaskan bahwa manhaj dakwah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak
berbeda dengan dakwah mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قَدْ أَرْسَلْنَا
رُسُلا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً وَمَا كَانَ
لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa
Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan
keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat
(mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang
tertentu). (QS. Ar Ra’du:38)
Apabila kita melihat
bahwa surat Yusuf secara keseluruhan membicarakan tentang kehidupan keluarga
Yakub ‘alaihissalam, maka kita dapat menyaksikan bahwa keberadaan
ayat ini di dalam Surat Ar Ra’du sebagai ringkasan yang menunjukkan atas semua
itu. Dengan demikian munâsabah antara kedua surat tersebut
sangat kuat dan tidak dapat diragukan lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isi kandungan
surat Yusuf
1.
Keimanan
2.
Hukum-hukum
3.
Kisah-kisah
4.
Lain-lain
Munasabah Surat
Yusuf Dengan Surat Huud
a.
Kedua surat ini
sama-sama dimulai dengan aliif laam raa dan kemudian diiringi dengan penjelasan
tentang Al Quran.
b.
Surat Yusuf
menyempurnakan penjelasan kisah para rasul yang disebut dalam surat Hud dan
surat Yusuf, kemudian kisah itu dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa Al Quran
itu adalah wahyu Ilahi; tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad s.a.w. nabi-nabi
atau rasul-rasul yang diutus Allah.
c.
Perbedaan kedua
surat ini dalam menjelaskan kisah-kisah para Nabi ialah bahwa dalam surat Hud
diutarakan kisah beberapa orang rasul dengan kaumnya dalam menyampaikan
risalahnya, akibat-akibat bagi orang yang mengikuti mereka dan akibat bagi
orang yang mendustakan, kemudian dijadikan perbandingan dan khabar yang
mengancam kaum musyrikin Arab beserta pengikut-pengikutnya. Dalam surat Yusuf
diterangkan tentang kehidupan Nabi Yusuf yang mula-mula dianiaya oleh
saudara-saudaranya yang kemudian menjadi orang yang berkuasa yang dapat
menolong saudara-saudaranya dan ibu bapanya. Pribadi Nabi Yusuf a.s. ini harus
dijadikan teladan oleh semua yang beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Munasabah Surat
Yusuf dengan Surat ar-Ra'd
a.
Dalam surat ini
Allah secara umum mengemukakan adanya tanda-tanda keesaan Allah di langit dan
di bumi. Didalam surat Ar Ra'd Allah mengemukannya lagi secara lebih jelas.
b.
Kedua
surat tersebut sama-sama memuat pengalaman nabi-nabi zaman dahulu beserta
umatnya. Yang menentang kebenaran mengalami kehancuran sedang yang mengikuti
kabenaran mendapat kemenangan.
c.
Pada akhir
surat Yusuf diterangkan bahwa Al Quran itu bukanlah perkataan yang
diada-adakan, melainkan petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman, dan
keterangan yang demikian itu diulangi lagi di awal surat Ar Ra'd.
d.
Surat Hud
mengandung hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama, seperti:
Ketauhidan, kerasulan, hari berbangkit, kemudian dihubungkan dengan da'wah yang
telah dilakukan oleh para Nabi kepada kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hafidz, Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Adzim,
(Mesir: Dar al-Hadits, 2003). Jilid 2.
Depag RI, Tim Penerjemah al-Qur'an, Al-Qur'an dan
Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah / Penafsiran
Al-Qur'an Depag, 1975).
Jami’ Al Bayan fi Tafsir Ayi Al Qur’an karya Ath Thabari, Jilid
13, Beirut: Dâr Al Fikr, tahun 1405 H
Nawawi, Marah Labid li Kasyfi Ma'na Qur'anin Majid,
(Semarang: Taha Putra, Semarang. T.t). Jilid 1.
Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah “Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Quran”, (Jakarta:Lentera Hati, 2000) Jilid 7.
Ialah
huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al
Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan
sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada
Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang
menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama
surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk
menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang
tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran
diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka
cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.